Jakarta – Korlantas Polri memulai Operasi Zebra 2025 yang digelar secara serentak di seluruh Indonesia mulai 17 hingga 30 November 2025. Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Agus Suryonugroho, menyatakan bahwa operasi ini menjadi simbol kesiapan personel dalam menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas menjelang masa libur akhir tahun.
Seluruh jajaran Korlantas di berbagai wilayah telah diarahkan untuk melaksanakan operasi dengan pendekatan yang jelas, terukur, dan konsisten. Operasi Zebra 2025 menempatkan edukasi sebagai pilar utama di lapangan. Penjelasan tentang aturan lalu lintas disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami agar masyarakat dapat terbantu. Personel Polantas juga diarahkan untuk menjaga sikap pelayanan dan kepedulian terhadap keselamatan pengguna jalan.
Menurut Irjen Agus, perencanaan Operasi Zebra 2025 didasarkan pada hasil analisis dan evaluasi nasional selama tiga bulan terakhir yang menggambarkan dinamika lalu lintas yang butuh perhatian khusus dan intervensi terfokus. Data menunjukkan dalam tiga bulan terakhir terdapat sekitar 800 ribu pelanggaran lalu lintas, di mana 78 persen melibatkan pengendara sepeda motor. Kelompok usia 15 hingga 24 tahun menjadi pelanggar terbanyak dengan pelanggaran utama pada helm, kecepatan, dan perilaku berkendara berisiko.
Jumlah kecelakaan lalu lintas tercatat lebih dari 40 ribu kejadian dengan korban meninggal dunia mencapai lebih dari 5.300 orang. Mayoritas kecelakaan terjadi di ruas jalan non tol yang minim pengawasan dan tingkat aktivitas kendaraan tinggi. Jam rawan kecelakaan berada pada pukul 06.00-09.00 dan 18.00-22.00, dengan tipe kecelakaan dominan adalah tabrakan depan dan samping akibat kurang menjaga jarak dan perubahan jalur tidak terkontrol.
Irjen Agus menegaskan bahwa fokus utama operasi adalah penurunan fatalitas kecelakaan lalu lintas. “Setiap kegiatan operasi diarahkan pada peningkatan keselamatan masyarakat. Penurunan fatalitas kecelakaan menjadi indikator penting bagi seluruh jajaran. Ruang jalan yang tertib akan mendorong situasi yang lebih aman bagi setiap pengguna,” ujarnya, Senin (17/11/2025).
Selain itu, Kakorlantas juga menekankan perlindungan terhadap pejalan kaki sebagai bagian dari strategi nasional keselamatan lalu lintas. Pejalan kaki dianggap sebagai pengguna jalan paling rentan dan harus didahulukan perlindungannya. “Pejalan kaki adalah simbol kemanusiaan di jalan raya. Mereka yang paling lemah harus dilindungi, bukan disingkirkan,” kata Irjen Agus, Sabtu (15/11).
Perlindungan pejalan kaki tidak hanya soal penegakan hukum, tetapi juga wujud kehadiran negara dalam melindungi warganya. Seluruh jajaran tingkat Polda hingga Polres diminta menjadikan keselamatan pejalan kaki sebagai indikator utama kinerja, mengukur keberhasilan dari peningkatan kepatuhan masyarakat dan penurunan angka kecelakaan, bukan hanya dari jumlah tilang.
Di Jakarta, Operasi Zebra juga digelar di semua ruas jalan untuk menurunkan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Komarudin, mengatakan target utama operasi ini adalah menekan jumlah pelanggaran lalu lintas, terutama pelanggaran kasatmata seperti penggunaan helm, knalpot tidak sesuai spesifikasi teknis, terobos lampu merah, kecepatan berlebih, dan balap liar.
“Pelanggaran kasatmata yang berpotensi menyebabkan kecelakaan akan langsung ditindak tilang tanpa toleransi,” ujar Komarudin. Operasi Zebra Jaya yang merupakan operasi cipta kondisi menjelang Natal dan Tahun Baru ini dilakukan secara masif dengan mekanisme hunting system, yakni patroli keliling menemukan pelanggaran dan menentukan apakah cukup dengan teguran simpati atau harus ditilang.
Dengan pendekatan edukasi, penegakan hukum tegas, dan perlindungan terhadap pengguna jalan paling rentan, Operasi Zebra 2025 diharapkan dapat meningkatkan keselamatan berlalu lintas nasional selama masa libur akhir tahun.



